Membakar senj[A]
Amarah, Cinta, dan Anarki
Renzo Novatore: Didalam Pemerintahan Momok
Categories: General

Aku percaya ia adalah mimpi menakutkan, bahkan kenyataan berdarah.

Aku terperangkap dan terkepung dalam lingkaran ganda antara obsesi dan kegilaan.

Dunia adalah gereja menjijikkan dari para pestulant tamak dimana semua memiliki berhala untuk disembah dengan hikmat dan altar untuk mengorbankan diri mereka.

Juga mereka yang menyalakan api pembakaran ikonoklastik untuk membakar salib dimana Sang manusia Tuhan dipaku, mereka masih belum memahami hingar bingar teriakan kehidupan maupun jeritan Kebebasan.

Setelah Yesus Kristus dari lubang legendanya meludahi wajah umat manusia, dengan penghinaan paling berdarahnya, menghimbau agar meniadakan diri mereka untuk mendekati tuhan, Revolusi Perancis yang datang dengan ironi ganas membuat seruan yang sama dengan memproklamirkan “hak asasi manusia “.

Dengan Kristus dan Revolusi Perancis manusia tidak akan sempurna. Salib Kristus melambangkan KEMUNGKINAN untuk menjadi MANUSIA, sedangkan “hak asasi manusia” melambangkan hal yang sama. Untuk mencapai kesempurnaan yang pertama kau harus menuhankan (bertuhan), yang kedua memanusiakan (melalui kristian dan moral).

Tapi satu dan lainnya sepakat menyatakan ketidaksempurnaan sang manusia individual, kemegahan diri, menegaskan bahwa hanya melalui realisasi ideal manusia bisa naik ke puncak kesempurnaan magis.

Kristus berkata kepadamu: jikalau kau akan dengan sabar menunggu kesunyian kalvari untuk kemudian memakumu diatas salib, menjadi sosok seperti AKU sang MANUSIA TUHAN, Kau akan menjadi manusia yang sempurna, layak duduk di sebelah kanan Bapa saya yang berada di kerajaan sorga.

Dan Revolusi Perancis berkata kepadamu: Aku telah menyatakan hak-hak manusia.

Jikalau kau akan dengan tulus masuk ke beranda (gereja), simbol dari keadilan sosial manusia untuk menghaluskan dan memanusiawikan melalui norma-norma moral kehidupan sosial, Kamu akan menjadi warga negara dan aku akan berikan hak asasi-mu, menyatakanmu sebagai manusia.

Tapi bila ada yang berani melemparkan nyala api ke atas salib dimana sang manusia Tuhan tergantung dan meja dimana hak asasi manusia dicatat miring untuk kemudian bersandar pada Kemurnian kekuatan merdeka dari pusat poros kehidupan individual, ia akan menjadi seorang penjahat tidak beriman yang akan dibuang ke dalam rahang berdarah dari dua momok sosial menyeramkan: ketuhanan dan kemanusiaan.

Di sebelah kanan api sulfat dan jurang kekal neraka menghukum DOSA, disebelah kiri bunyi membuat tuli dari gilotin menghukum KEJAHATAN.

Sikap dingin pengecut dari rasa takut manusia, tumbuh dari teorisasi mistik dan perasaan sakit, akhirnya telah berhasil mengalahkan naluri liar yang subur dan menghidupkan KETIDAKADILAN, satu-satunya Kekuatan dan Keindahan, Anak muda dan Semangat.

Kemajuan? Dan Peradaban?, Agama? Dan kebaikan?, Telah menutup hidup dalam lingkaran fana dimana momok paling seram telah mendirikan pemerintahan menjijikkan mereka. Waktunya untuk mengakhirinya! Kita harus mematahkan lingkaran kekerasan ini dan keluar.

Jika legenda ilahi chimeras telah sangat mempengaruhi sejarah manusia dan jika sejarah manusia menghendaki pengudungan orang dengan naluriah istimewa agar tidak mengikuti jalan kami: pemberontak! bukan kesalahan kami jika luka dari simbolis Kristus menyemprotkan tetes nanah masalah diatas piringan merah kemanusiaan, kemudian menularkan kebusukannya pada orang banyak dengan memproklamirkan hak asasi manusia. Jika manusia menghendaki membusuk dengan sendirinya di lubang besar pembusukan sosial. Kami tidak akan berada di sana untuk membebaskan mereka!

Tapi kami mencintai dan ingin bebas memutarbalikkan matahari dalam rasa pedih dari panasnya dan ciuman terganasnya..

* * *

Jika aku lihat sekelilingku aku ingin muntah.

Disatu sisi ada ilmuwan yang harus ku percaya agar tidak menjadi bodoh. Disisi lain ada moralis dan filsuf yang harus ku terima firman-firmannya agar tidak menjadi biadab.

Kemudian datang seorang jenius yang harus ku muliakan dan seperti halnya pahlawan yang harus sok ku hormati. Kemudian datang rekan dan kawan, yang idealis dan materialis, ateis dan relijius dan semua monyet-monyet tak terhingga lainnya yang pasti dan tidak pasti ingin memberikan dewan baiknya kepadaku dan ke tempat tinggalku, pada akhirnya, demi sebuah jalan kebaikan. Karena secara alami jalan yang aku pilih adalah keliru, keliru seperti ide-ideku, pemikiranku, segalanya dariku. Aku seorang pria penuh kekeliruan.

Mereka bodoh dan lemah meliputi segalanya, dari mulai pemikiran bahwa kehidupan adalah panggilannya kepadamu untuk menjadi pemuka jemaat pada altar misi besar, karena kemanusiaan adalah panggilan menuju takdir besar.

binatang-binatang lemah dan menyedihkan ini dirusak oleh cita-cita palsu dan dirubah oleh kegilaan, tak pernah mampu memahami keajaiban tragis dan permainan hidup, seperti mereka tidak pernah bisa melihat bahwa kemanusiaan sama sekali bukan panggilan untuk suatu takdir besar. Jika mereka mengerti semua tentang itu, mereka akan memiliki setidaknya mengetahui bahwa yang disebut keberagaman sama sekali tak akan mematahkan tulang punggung untuk menaiki jurang terdalam yang memisahkan satu dengan yang lain.

Tapi aku tetaplah aku, aku tidak akan peduli apapun.

Dan suara gagak diantara bangkai-bangkai beraneka warna ini tidak perlu untuk mengubah kepribadian dan kebijaksanaan muliaku. Dengar tidak, monyet-monyet rasul dari kemanusiaan dan ketuhanan sosial, yang bergemuruh jauh dari momok (Tuhan) mu yang di atas?

Dengar, dengar! Itu adalah hujan kepuasaan dari tawa kemarahanku yang bergema!

Renzo Novatore
Didalam Pemerintahan Momok
1921
Ditulis Dengan Nama Samaran Brunetta L’incendiaria. (Terbit Di Vertice,
Arcola, 21 April 1921), diterjemahkan Dalam Bahasa Inggris Oleh Luther Blisset & Diobrutti 2008 – Kemudian Diterjemahkan Kembali Ke dalam Bahasa Indonesia Oleh Penari Senja 2010.

*co-pas dari webblog Penari Senja*

Comments are closed.